Kerangka Strategis Kurikulum Katekisasi: "Iman yang Berakar dan Berbuah"
1. Filosofi dan Pendekatan (Analysis & Strategy)
Sebelum masuk ke materi inti, penting untuk memahami framework yang digunakan. Kita tidak hanya mentransfer informasi (hafalan), tetapi membangun Kompetensi Spiritual.
Saya menggunakan pendekatan "Three-G Structure" yang diadaptasi dari Katekismus Heidelberg, karena strukturnya yang naratif dan personal sangat cocok dengan budaya Indonesia yang komunal:
- Guilt (Kesengsaraan): Memahami realitas manusia dan dosa.
- Grace (Penebusan): Memahami solusi Ilahi melalui Kristus.
- Gratitude (Syukur): Memahami respon etis manusia dalam hidup sehari-hari.
Tujuan Akhir (Learning Objective): Peserta tidak hanya "tahu" tentang Tuhan (kognitif), tetapi "mengenal" Tuhan (relasional) dan siap mengambil tanggung jawab penuh sebagai anggota sidi jemaat yang dewasa.
2. Struktur Kurikulum Terpadu
Kurikulum ini dibagi menjadi 5 Modul Utama. Setiap modul dirancang untuk diselesaikan dalam beberapa pertemuan, menggunakan bahasa yang mudah dipahami tanpa menghilangkan bobot teologisnya.
MODUL 1: Dasar Pengetahuan dan Wahyu (The Foundation)
Fokus: Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan itu ada dan siapa Dia?
A. Wahyu Umum dan Wahyu Khusus
- Narasi: Alam semesta menceritakan kemuliaan Tuhan, tetapi itu tidak cukup untuk menyelamatkan. Kita membutuhkan "kacamata" yang lebih jelas.
- Konsep Kunci:
- Sola Scriptura (Hanya Alkitab): Alkitab adalah otoritas tertinggi, bukan tradisi atau pendapat manusia.
- Inspirasi Roh Kudus: Alkitab ditulis oleh manusia, tetapi diilhami sepenuhnya oleh Allah.
B. Doktrin Allah (Theology Proper)
- Narasi: Tuhan bukan sekadar "energi", melainkan Pribadi yang berelasi.
- Konsep Kunci:
- Trinitas: Satu Allah dalam tiga Pribadi (Bapa, Anak, Roh Kudus). Ini bukan tiga Tuhan, melainkan satu esensi dengan tiga peran pribadi yang berbeda namun setara.
- Sifat-sifat Allah (Maha Tahu, Maha Hadir, Maha Kuasa, namun juga Maha Kasih dan Adil).
MODUL 2: Manusia dan Realitas Dosa (The Human Condition)
Fokus: Mengapa dunia ini rusak dan mengapa saya merasa hampa?
A. Penciptaan dan Gambar Allah
- Narasi: Manusia diciptakan mulia dan memiliki tujuan. Kita bukan kecelakaan kosmis.
- Konsep Kunci:
- Imago Dei (Gambar Allah): Manusia diciptakan untuk mencerminkan karakter Allah. Inilah dasar dari Hak Asasi Manusia dan martabat manusia.
- Mandat Budaya: Tugas manusia untuk mengelola bumi (Kejadian 1:28).
B. Kejatuhan dan Akibatnya
- Narasi: Hubungan itu rusak karena ketidaktaatan. Kerusakan ini bersifat sistemik, bukan hanya perbuatan jahat sesekali.
- Konsep Kunci:
- Total Depravity (Kerusakan Total): Istilah teologis ini berarti dosa telah mencemari seluruh aspek kemanusiaan kita (pikiran, kehendak, dan emosi), sehingga kita tidak mampu menyelamatkan diri sendiri.
- Dosa Warisan vs. Dosa Aktual: Kita berdosa karena kita orang berdosa.
MODUL 3: Jalan Keselamatan (Redemption)
Fokus: Apa yang Allah lakukan untuk memperbaiki kerusakan itu?
A. Pribadi Yesus Kristus (Christology)
- Narasi: Allah tidak diam. Ia turun tangan sendiri melalui Yesus.
- Konsep Kunci:
- Dwi-Natur Kristus: Yesus adalah 100% Allah dan 100% Manusia.
- Sebagai manusia: Ia bisa mewakili kita menderita.
- Sebagai Allah: Ia mampu menanggung murka kekal dan mengalahkan maut.
- Tiga Jabatan Kristus (Munus Triplex): Nabi (menyatakan kebenaran), Imam (mengorbankan diri), Raja (memerintah).
B. Penebusan dan Pembenaran (Soteriology)
- Narasi: Bagaimana karya Yesus di kayu salib menjadi milik saya?
- Konsep Kunci:
- Sola Gratia (Hanya Anugerah): Keselamatan adalah hadiah, bukan upah kerja keras.
- Sola Fide (Hanya Iman): Kita menerima hadiah itu hanya dengan percaya (iman), bukan dengan amal ibadah.
- Justification (Pembenaran): Status hukum di mana Allah menganggap kita "tidak bersalah" karena kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita.
MODUL 4: Gereja dan Tanda-Tanda Rahmat (Ecclesiology)
Fokus: Di mana saya bertumbuh dan siapa keluarga baru saya?
A. Hakikat Gereja
- Narasi: Gereja bukan gedung, melainkan orang-orang yang dipanggil keluar (Ekklesia).
- Konsep Kunci:
- Gereja yang Kelihatan (organisasi) vs. Gereja yang Tak Kelihatan (semua orang percaya sejati).
- Sifat Gereja: Esa (Satu), Kudus, Am (Universal/Katolik), dan Rasuli (Apostolik/sesuai ajaran rasul).
- Konteks GPI: Memahami sejarah Gereja Protestan di Indonesia, kemandirian teologi, dan peran dalam pembangunan bangsa.
B. Sakramen
- Narasi: Tuhan tahu kita makhluk visual, jadi Ia memberikan "Firman yang bisa dilihat".
- Konsep Kunci:
- Baptisan Kudus: Tanda dan materai pembersihan dosa dan masuknya kita ke dalam perjanjian Allah (seperti sunat hati). Ini dilakukan sekali seumur hidup.
- Perjamuan Kudus: Perayaan persekutuan yang memelihara iman kita. Kita mengingat kematian Kristus dan menantikan kedatangan-Nya.
MODUL 5: Hidup Sebagai Umat Tebusan (Christian Ethics)
Fokus: Bagaimana saya harus hidup sekarang?
A. Hukum Tuhan dan Kebebasan
- Narasi: Kita menaati hukum bukan supaya diselamatkan, tetapi karena sudah diselamatkan.
- Analisis: Studi mendalam tentang Dasa Titah (Sepuluh Hukum).
- Hukum 1-4: Mengasihi Allah (Ibadah, Prioritas).
- Hukum 5-10: Mengasihi Sesama (Hormat orang tua, Nyawa, Pernikahan, Harta, Reputasi, Keinginan hati).
B. Doa dan Ibadah
- Analisis: Bedah Doa Bapa Kami.
- Ini adalah pola doa yang mengajarkan prioritas: Kemuliaan Allah dulu, baru kebutuhan manusia.
C. Pengakuan Iman Rasuli
- Ringkasan iman Kristen yang harus dipahami (bukan sekadar dihafal) sebagai identitas historis orang percaya.
3. Metodologi Pengajaran (Pedagogy & Delivery)
Untuk memastikan materi ini terserap dengan baik, gunakan metode pembelajaran orang dewasa (Andragogy) dan Case Study Method ala Harvard Business School:
- Flipped Classroom:
- Berikan bahan bacaan ringkas atau video pendek sebelum kelas dimulai. Waktu pertemuan digunakan untuk diskusi, bukan ceramah satu arah.
- Studi Kasus Etika (Case Studies):
- Jangan hanya mengajarkan "Jangan Mencuri". Berikan kasus modern: Bagaimana dengan pembajakan software atau korupsi waktu di kantor? Apakah itu mencuri?
- Ajak peserta berdiskusi menggunakan prinsip teologi yang sudah dipelajari.
- Reflective Journaling:
- Peserta diminta menulis jurnal refleksi mingguan tentang bagaimana satu doktrin mengubah cara mereka melihat masalah pribadi mereka minggu itu.
- Mentoring:
- Setiap katekisan sebaiknya memiliki satu mentor (anggota jemaat senior) untuk mendampingi proses pertumbuhan, bukan hanya pendeta/pengajar.
4. Evaluasi dan Kelulusan
Hindari ujian tertulis yang hanya bersifat hafalan. Gunakan evaluasi berbasis pemahaman:
- Wawancara Pastoral: Diskusi mendalam untuk melihat kematangan iman dan motivasi hati.
- Proyek Pelayanan: Peserta wajib merancang atau terlibat dalam satu proyek sosial/gerejawi kecil sebagai bukti buah iman (Gratitude).
Analisis Tambahan: Mengapa Struktur Ini Penting untuk GPI?
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, warga gereja sering diperhadapkan pada pertanyaan dari agama lain atau tantangan sekularisme.
- Dengan menekankan Trinitas dan Keilahian Kristus secara mendalam namun logis, jemaat memiliki apologetika (pertahanan iman) yang kuat.
Dengan menekankan Mandat Budaya dan Etika, jemaat GPI didorong untuk tidak menjadi eksklusif, melainkan menjadi garam dan terang yang berdampak bagi pembangunan Indonesia.